BIODEGRADASI
SENYAWA ORGANIK PADA PLASTIK DAN LIMBAH
OLEH MIKROORGANISME
Biodegradasi
merupakan pemecahan cemaran
organik oleh aktivitas mikroba yang melibatkan serangkaian reaksi enzimatik.
Umumnya terjadi karena senyawa tersebut dimanfaatan sebagai sumber makanan
(substrat). Biodegradasi yang lengkap disebut juga sebagai mineralisasi, dengan
produk akhirnya berupa karbondioksida dan air. Plastik merupakan salah satu bahan yang paling banyak
digunakan saat ini karena plastik memiliki banyak sifat-sifat yang
menguntungkan bagi kehidupan manusia. Diantara pemanfaatan plastik adalah untuk
memproduksi wadah makanan dan minuman, peralatan dapur dan rumah tangga,
komponen listrik, serta mainan anak- anak. Plastik
juga merupakan bahan anorganik buatan yang tersusun dari bahan-bahan kimia yang
cukup berahaya bagi lingkungan.
Fenomena
biodegradasi sangat penting untuk lingkungan yang harus bebas dari sampah dan
limbah untuk membuat jalan bagi kehidupan baru. Pohon-pohon, tanaman, alga,
bahwa semua organisme fotosintetik, berkat matahari mampu menyerap karbon
dioksida di atmosfer dan menggunakannya untuk mensintesis gula, molekul
organik di dasar semua zat organik banyak di biosfer. Melalui rantai makanan ,
aliran zat dan energi melewati dari tanaman ( produsen ) ke herbivora
( konsumen primer ) dan dari ini ke karnivora
( konsumen sekunder ). Mekanisme ini macet dengan cepat, namun, jika tidak ada
pilihan terbalik, yaitu bahwa yang membebaskan karbon dari bahan organik mati,
memastikan sirkulasi materi. Kemudian proses biodegradasi, dalam keseimbangan
alam, martabat sama dengan proses fotosintesis yang hasilnya dan pada saat yang
sama, keberangkatan. Biodegradasi dilakukan oleh dekomposer ,
mikro-organisme ( jamur
, bakteri
, protozoa
) yang tumbuh pada bahan organik mati, atau produk limbah dari ' ekosistem .
Dari sudut pandang kimia, degradasi adalah oksidasi senyawa organik. Proses
oksidasi yang paling penting adalah respirasi telepon yang memungkinkan
pelepasan karbon dioksida dan penutupan siklus biogeokimia karbon.
Limbah
daripada plastik ini sangatlah sulit untuk diuraikan secara alami. Untuk
menguraikan sampah plastik itu sendiri membutuhkan kurang lebih 80 tahun agar
dapat terdegradasi secara sempurna. Oleh karena itu penggunaan bahan plastik
dapat dikatakan tidak bersahabat ataupun konservatif bagi lingkungan apabila
digunakan tanpa menggunakan batasan tertentu. Sedangkan di dalam kehidupan
sehari-hari, khususnya kita yang berada di Indonesia,penggunaan bahan plastik
bisa kita temukan di hampir seluruh aktivitas hidup kita. Padahal apabila kita
sadar, kita mampu berbuat lebih untuk hal ini yaitu dengan menggunakan kembali
(reuse) kantung plastik yang disimpan di rumah. Dengan demikian secara tidak
langsung kita telah mengurangi limbah plastik yang dapat terbuang percuma
setelah digunakan (reduce). Atau bahkan lebih bagus lagi jika kita dapat
mendaur ulang plastik menjadi sesuatu yang lebih berguna (recycle).
Plastik yang
digunakan saat ini adalah plastik non-biodegradable (plastik yang tidak dapat
terurai secara biologis) yang terbuat dari minyak bumi yang keberadaannya
semakin menipis dan tidak dapat diperbaharui, akibatnya semakin banyak
penggunaan plastik semakin meningkat pula pencemaran lingkungan seperti
penurunan kualitas air dan tanah menjadi tidak subur karena plastik tidak dapat
dihancurkan dengan cepat dan alami oleh mikroba di dalam tanah.
Untuk
mengurangi pencemaran lingkungan tersebut, saat ini sedang dikembangkan plastik
biodegradable, yakni plastik yang dapat duraikan kembali oleh mikroorganisme
secara alami menjadi senyawa yang ramah lingkungan. Plastik biodegradable
terbuat dari polimer alami. Jenisnya antara lain polyhidroksialkanoat acid
(PHA) dan poli-asam amino yang berasal dari sel bakteri; polylactic acid
(PLA) yang merupakan modifikasi asam laktat hasil perubahan zat tepung/pati
oleh mikroorganisme; dan poliaspartat sintesis yang dapat terdegradasi.
Bahan dasar plastik berasal dari selulosa bakteri, kitin, kitosan, atau tepung
yang terkandung dalam tumbuhan, serta beberapa material plastik atau polimer
lain yang terdapat di sel tumbuhan atau hewan.
Plastik banyak kegunaannya tetapi
polimer sintetik plastik sangat sulit dirombak secara alamiah. Hal ini
mengakibatkan limbah yang plastik semakin menumpuk dan dapat mencemari
lingkungan. Akhir-akhir ini sudah mulai diproduksi plastik yang mudah terurai.
Plastik terdiri atas berbagai senyawa yang terdiri polietilen, polistiren, dan
polivinil klorida. Bahan-bahan tersebut bersifat inert dan rekalsitran. Senyawa
lain penyusun plastik yang disebut plasticizers terdiri: (a) ester asam lemak
(oleat, risinoleat, adipat, azelat, dan sebakat serta turunan minyak tumbuhan,
(b) ester asam phthalat, maleat, dan fosforat. Bahan tambahan untuk pembuatan
plastik seperti Phthalic Acid Esters (PAEs) dan Polychlorinated Biphenyls
(PCBs) sudah diketahui sebagai karsinogen yang berbahaya bagi lingkungan
walaupun dalam konsentrasi rendah.
Dari alam telah ditemukan mikroba
yang dapat merombak plastik, yaitu terdiri bakteri, aktinomycetes, jamur dan
khamir yang umumnya dapat menggunakan plasticizers sebagai sumber C, tetapi
hanya sedikit mikroba yang telah ditemukan mampu merombak polimer plastiknya
yaitu jamur Aspergillus fischeri dan Paecilomyces sp. Sedangkan mikroba yang
mampu merombak dan menggunakan sumber C dari plsticizers yaitu jamur
Aspergillus niger, A. Versicolor, Cladosporium sp.,Fusarium sp., Penicillium
sp.,Trichoderma sp., Verticillium sp., dan khamir Zygosaccharomyces
drosophilae, Saccharomyces cerevisiae, serta bakteri Pseudomonas aeruginosa,
Brevibacterium sp. dan aktinomisetes Streptomyces rubrireticuli.
Untuk dapat merombak plastik,
mikroba harus dapat mengkontaminasi lapisan plastik melalui muatan
elektrostatik dan mikroba harus mampu menggunakan komponen di dalam atau pada
lapisan plastik sebagai nutrien. Plasticizers yang membuat plastik bersifat
fleksibel seperti adipat, oleat, risinoleat, sebakat, dan turunan asam lemak
lain cenderung mudah digunakan, tetapi turunan asam phthalat dan fosforat sulit
digunakan untuk nutrisi. Hilangnya plasticizers menyebabkan lapisan plastik
menjadi rapuh, daya rentang meningkat dan daya ulur berkurang.
mikroorganisme alami pada tangki septik
mendegradasi bahan organik lebih besar pada kondisi gelap. Mengingat bahwa
sumber limbah domestik adalah rumah tangga yang banyak mengandung sabun dan
deterjen untuk keperluan sehari-hari, maka hal ini mungkin menunjukkan bahwa
konsentrasi kandungan sabun atau deterjen pada limbah domestik maupun sungai
tercemar lebih tinggi daripada limbah pasar. Sabun dan deterjen merupakan bahan
pencuci yang sering digunakan dalam industri maupun rumah tangga.Proses
pengolahan limbah organik selain plastik
secara anaerob melibatkan proses fermentasi. Proses fermentasi ini
merupakan reaksi reduksi-oksidasi yang menggunakan bahan organik sebagai donor
dan acceptor elektronnya (Budiyanto, 2004). Fermentasi dibedakan
menjadi foto fermentasi (photofermentation) dan fermentasi gelap (dark
fermentation). Fermentasi gelap merupakan salah satu cara untuk memperoleh
energi bersih masa depan sekaligus mengurangi polusi oleh limbah organik karena
dapat dimanfaatkannya limbah pertanian dan limbah industri yang kaya akan
karbohidrat sebagai substrat bakteri anaerobik dengan produk akhir H2 dan CO2 (Hawkes,
2002). Khususnya dengan mengolah limbah padat organik menjadi limbah cair dan
dilanjutkan melalui proses teknologi anaerobic digestion, maka kemampuan
degradasi limbah organik dapat mencapai 95% (Kirsten, 2007 dalam Wirda, 2009).
Penguraian bahan-bahan organik menjadi biogas
secara anaerob dibagi menjadi 4 tahap, yaitu tahap hidrolisa dimana
mikroorganisme hydrolytic mengurai senyawa organik kompleks menjadi
molekul-molekul sederhana seperti glukosa, asam amino, asam organik, ethanol,
karbondioksida dan hidrokarbon. Proses 3
hidrolisis dikatalis oleh enzim yang
dikeluarkan oleh bakteriseperti selullase, protease, dan lipase.Tahap kedua
adalahpembentukan asam(acidogenesis) yaitu pengubahan senyawasederhana
menjadiasam organik sepertiasam asetat, asam butirat,asam propionat dan
lainnya. Tahap ketiga adalah pembentukanasam (Acetogenis) yang dilakukan
oleh bakteri-bakteri penghasilasam yang terdiri dari sub divisiacids/farming
bacteria dan acetogenic bacteria. Pada tahapini terjadi pembentukan
senyawa asetat, CO2dan hidrogen dari molekul-molekul sederhana yang tersedia
oleh bakteri aceton penghasil hidrogen (ElHaq, 2010).Tahap terakhir adalah
tahap pembentukan metan(methanogenesis) dimana terjadi pembentukan gas
methan darisenyawa asetat, hidrogen atau CO2oleh bakteri methanogen (Budiyanto,
2004). Methan merupakan biogas yang saat inibanyak digunakan sebagai sumber
energi alternatif seperti gas untukmemasak sebagai pengganti gas LPG (liquifiedpetroleumgas).
Biogas N2 dapatdihasilkan dari proses nitrifikasi olehPseudomonassp. dan
denitrifikasioleh Clostridiumsp.(Madigan et al., 1997). Sedangkan
gas H2S dihasilkan oleh sulfat reducingbacteria(SRB) yang menggunakan
SO42-sebagai
elektronaseptorterakhir dalam proses respirasinya (Madiganet al., 1997).Terdapat
beberapa bakteri lain yang berperan sebagai penghasilbiogas H2secara anaerob
sepertiClostridiumsp., Enterobacteraerogenesdan Bacillus
licheniformis (Kalia, 2007). H2 merupakan salah satu biogas yang efektif
dan efisien sebagaisumber energi alternatif karena menghasilkan energi yang
besarpada saat pembakaran(Miyamoto, 1997)dan tidakmenyisakangas rumah kaca
seperti CO ataupun CO2 (Hansel, 1998).
Salah
satu sumber mikroorganisme yang dapat dimanfaatkan sebagai agen bioremediasi
penghasil biogas adalahdari tangki septik. Tangki septik merupakan tempat
penampungan sementaralimbahorganikberupa tinja yang secara alami akan mengalami
proses biodegradasi dalam kondisi anaerob oleh mikroorganisme dalam tangki
septik (Anonim1, 2007). Menurut Nagamanidan Ramasamy(1999)tinja manusia dalam sistemPada
kondisi gelap, dapat dilihat bahwa mikroorganisme alami tangki septik memiliki
kemampuan mendegradasi bahan organik limbah pasar lebih baik daripada kontrol
positif dan negatif terutama apabila dilihat dari parameter COD.
Mikroorganisme
alami tangki septik memiliki kemampuan untuk mendegradasi bahan organik yang
terkandung dalam limbah domestik, pasar dan sungai tercemar. Dari ketiga jenis
limbah tersebut, proses degradasi bahan organik yang terbesar terjadi pada hari
ke-5 pada limbah pasar. Hal ini ditunjukkan oleh perubahan nilai BOD, COD, TSS,
TDS dan pH yang lebih tinggi. Mikroorganisme alami tangki septik lebih banyak
mendegradasi bahan organik pada kondisi gelap daripada kondisi terang. Hal ini
dapat dilihat dari penurunan nilai parameter BOD sebesar 64.1%, COD sebesar
96.5%, TSS sebesar 57.6% , TDS sebesar 18% dan pH dari 2 menjadi 10. Nilai
parameter setelah hari ke-5 bersifat fluktuatif.
Bahan
kandungan dalam plastik sebagai berikut :
·
Polietilen
Polietilen adalah bahan termoplastik
yang kuat dan dapat dibuat dari yang lunak sampai yang kaku. Ada dua jenis
polietilen:
·
polietilen densitas rendah (low-density polyethylene / LDPE). Sifat dari
polietilen ini relatif lemas dan kuat, digunakan antara lain untuk pembuatan
kantong kemas, tas, botol, industri bangunan, dan lain-lain.
·
polietilen densitas tinggi (high-density polyethylene / HDPE).
Polietilen densitas tinggi sifatnya lebih keras, kurang transparan dan tahan
panas sampai suhu 1000C. Campuran polietilen densitas rendah dan
polietilen densitas tinggi dapat digunakan sebagai bahan pengganti karat,
mainan anak-anak, dan lain-lain.
Bahan
kandungan didalam plastik adalah sebagai berikut :
·
Polipropilen
Polipropilen mempunyai sifat
sangat kaku; berat jenis rendah; tahan terhadap bahan kimia, asam, basa, tahan
terhadap panas, dan tidak mudah retak. Plastik polipropilen digunakan untuk
membuat alat-alat rumah sakit, komponen mesin cuci, komponen mobil, pembungkus
tekstil, botol, permadani, tali plastik, serta bahan pembuat karung.
·
Polistirena
Polistiren adalah jenis
plastik termoplast yang termurah dan paling berguna serta bersifat jernih,
keras, halus, mengkilap, dapat diperoleh dalam berbagai warna, dan secara kimia
tidak reaktif. Busa polistirena digunakan untuk membuat gelas dan kotak tempat
makanan, polistirena juga digunakan untuk peralatan medis, mainan, alat olah
raga, sikat gigi, dan lainnya.
·
Polivinil Klorida (PVC)
Plastik jenis ini mempunyai
sifat keras, kuat, tahan terhadap bahan kimia, dan dapat diperoleh dalam
berbagai warna. Jenis plastik ini dapat dibuat dari yang keras sampai yang kaku
keras. Banyak barang yang dahulu dapat dibuat dari karet sekarang dibuat dari
PVC. Penggunaan PVC terutama untuk membuat jas hujan, kantong kemas, isolator
kabel listrik, ubin lantai, kulit imitasi untuk dompet dan pembalut kabel.
·
Politetrafluoroetilena
(teflon)
Teflon memiliki daya tahan
kimia dan daya tahan panas yang tinggi (sampai 2600C) Keistimewaan
teflon adalah sifatnya yang licin dan bahan lain tidak melekat padanya.
Penggorengan yang dilapisi teflon dapat dipakai untuk menggoreng telur tanpa
minyak.
·
Polimetil Pentena (PMP)
Plastik poli metil pentena
adalah plastik yang ringan dan melebur pada suhu 2400C.
Barang yang dibuat dari PMP bentuknya tidak berubah bila dipanaskan
sampai 2000C dan daya tahannya terhadap benturan lebih tinggi
dari barang yang dibuat dari polistiren. Bahan ini tahan terhadap zat-zat kimia
yang korosif dan tahan terhadap pelarut organik, kecuali pelarut organik yang
mengandung klor, misalnya kloroform dan karbon tetraklorida. PMP cocok untuk
membuat alat-alat laboratorium dan kedokteran yang tahan panas dan tekanan,
tanpa mengalami perubahan, Barang-barang dari bahan ini tahan lama.
Permasalahan
:
- Pada sebuah penelitian dikatakan Mikroorganisme alami tangki septik memiliki kemampuan untuk mendegradasi bahan organik yang terkandung dalam limbah domestik, pasar dan sungai tercemar. Hal ini ditunjukkan oleh perubahan nilai BOD, COD, TSS, TDS dan pH yang lebih tinggi. Mikroorganisme alami tangki septik lebih banyak mendegradasi bahan organik pada kondisi gelap daripada kondisi terang.Mengapa mikroorganisme lebih banyak mendegradasi suatu bahan organik lebih banyak pada daerah gelap (anaerob) daripada daerah terang (aerob), faktor apa yang mempengaruhinya? dan bagaimana reaksi yang terjadi ketika mikroorganisme dapat mendegradasi bahan organik dalam keadaan gelap ?
- Mikroorganisme misalnya Streptomyces rubrireticuli untuk dapat merombak plastik dengan mengkontaminasikan lapisan plastik melalui muatan elektrostatik dan harus mampu menggunakan komponen di dalam atau pada lapisan plastik sebagai nutrien. Plasticizers yang membuat plastik bersifat fleksibel yaitu turunan asam lemak (adipat, oleat, risinoleat) cenderung mudah digunakan, tetapi ester asam phthalat, maleat, dan fosforat sulit digunakan untuk nutrisi. Hilangnya plasticizers menyebabkan lapisan plastik menjadi rapuh. Mengapa ester asam phthalat,maleat dan fosforat sangat sulit di gunakan sebagai komponen nutrisi oleh mikroorganisme untuk mampu menghilangkan plasticizers agar plastik mudah untuk diuraikan atau dirapuhkan? Dan Bagaimana mekanisme mikroorganisme dapat menguraikan plastik yang mengandung turunan asam lemak misalnya oleat untuk merapuhkan plastik? Jelaskan mekanisme kejadian tersebut?
saya akan berusaha menjawab pertanyaan no 1
BalasHapusmenurut sumber yang saya baca,karena di tempat gelap mikroorganisme memperoleh energi bersih masa depan sekaligus mengurangi polusi oleh limbah organik karena dapat dimanfaatkannya limbah pertanian dan limbah industri yang kaya akan karbohidrat sebagai substrat bakteri anaerobik dengan produk akhir H2 dan CO2 yang merupakan proses fermentasi gelap.
Faktor yang mempengaruhi yaitu kenaikan parameter pH berdasarkan parameter BOD, COD, TSS dan TDS bahwa mikroorganisme alami tangki septik mendegradasi bahan organik lebih besar pada kondisi gelap.
Berdasarkan penelitian,
Dalam tangki septik terdapat 5-500 juta bakteri Escherichia coli, disini bakteri tersebut merupakan bakteri Gram negatif yang bersifat anaerob fakultatif dan mampu menghasilkan produk
fermentasi akhir berupa gas H2 melalui sistem hydrogenase 3 yang merupakan bagian dari sebuah asosiasi kompleks membran multi-enzim yang disebut formate hydrogenlyase (FHL). Gas H2 yang dihasilkan pada jalur glikolitik glukosa untuk pembentukan Phosphoenolpyruvat, piruvat, asetat,
etanol, dan format melalui fermentasi bakteri lebih stabil.
Semoga membantu, tq
jawaban no 1,
BalasHapusberdasarkan literatur yang saya baca bahwa bahwa
mikroorganisme alami tangki septik cenderung
menyukai kondisi gelap daripada kondisi terang dan
mikroorganisme dalam tangki septik merupakan
mikroorganisme yang tidak menggunakan
cahaya sebagai sumber energinya, namun
menggunakan energi kimia (Husin, 2008)
itulah mengapa Mengapa mikroorganisme lebih banyak mendegradasi suatu bahan organik pada daerah gelap (anaerob) daripada daerah terang (aerob),
Mengapa mikroorganisme lebih banyak mendegradasi suatu bahan organik pada daerah gelap (anaerob) daripada daerah terang (aerob) menurut literatur hal itu di karenakan pada daerah gelap , mikroorganisme tersebut menerima energi bersih atau energi alami, dan menurut saya seandainya terjadi pada daerah yang terang kemungkinan yang akan terjadi ia akan kehilangan sedikit energi di karenakan terkena sinar matahari secara langsung, Selain itu bisa jadi bakteri terrsebut tidak tahan dengan cahaya.>,<
BalasHapusAssalamu'alaikum Wr. Wb.
BalasHapusTeman- teman tolong koimentari blog Saya ya ?
alfichemistry.blogspot.com
Baiklah Sya akan berusaha menjawab pertanyaan yang No. 1.
Dari apa yang Saya pelajari, bahwasannya ditempat gelap mikroorganisme memperoleh energi bersih (tidak mengalami pencemaran) dan reaksi yang terjadi dalanm tempat gelap adalah reaksi kimia atau energi kimia.